Selasa, 26 April 2011

Pendahuluan- Visi Sistem

A. Pendahuluan


Pada beberapa dasawarsa yang lalu, Indonesia telah mencapai keberhasilan pada bidang ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi tercatat meningkat dengan cukup pesat. Sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi tersebut, mengakibatkan permintaan transportasi mengalami peningkatan pula, namun tidak disertai dengan peningkatan sistem transportasi, sehingga fasilitas transportasi yang ada tidak dapat memenuhi permintaan yang ada.

Tidak terpenuhinya jumlah permintaan transportasi yang ada, mengakibatkan muncul berbagai keluhan dari masyarakat baik warga kota, penglaju (commuter) dan pendatang lainnya. Keluhan tersebut pada umumnya ditujukan dalam hal berkurangnya kenyamanan kota, terjadinya penurunan tingkat kesehatan, kerugian ekonomi dan meningkatnya penyalahgunaan fungsi ruang publik.

Semua faktor – faktor tersebut diatas mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar contohnya di Jakarta kerugian ekonomi yang diderita mencapai sekitar 40 milyar rupiah/hari, sementara hilangnya kualitas hidup tidak terhitung.

Namun, kendatipun begitu, keadaan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk membangun kembali sebuah sistem yang lebih baik, dan beroperasi secara terintegrasi yang mencakup pada semua komponen sistem transportasi.



Disini terdapat pertanyaan paling mendasar yang harus dijawab bersama, yaitu :

Apakah kebijakan pemerintah dalam pembangunan transportasi perkotaan akan dimulai dengan melanjutkan dan memperbaiki program yang sudah ada atau melaksanakan program/pembangunan yang benar – benar baru ?

Adapun kondisi eksisting dari transportasi di Indonesia saat ini tergolong memprihatinkan, seperti kondisi lalu-lintas yang hampir macet total, polusi yang dapat mengancam kesehatan masayarakat, tingkat kecelakaan lalu iintas yang tinggi, serta penyalahgunaan ruang publik dan lain-lain. Kondisi tersebut memberikan alasan pembenar bagi solusi yang ditawarkan.

Kebijakan yang tepat diperlukan sebagai arahan untuk menuju pada perubahan radikal yang akan menghasilkan sistem tranportasi yang berkelanjutan sehingga dapat menciptakan kota-kota Indonesia menjadi kota yang layak huni dan nyaman.

Untuk saat ini, perencanaan pembangunan kota – kota di Indonesia masih kurang memperhatikan rencana tata ruang, hal ini terlihat dari pembangunan gedung – gedung yang tidak disesuaikan dengan perencanaan tataguna lahan untuk transportasi. Dengan adanya ketidaksinambungan hal tersebut, maka menjadikan adanya beberapa penyimpangan pada fungsi ruang public yang akhirnya mengganggu ketertiban dan kenyamanan kota.

Untuk mencapai visi transportasi perkotaan yang berkelanjutan, maka dibutuhkan strategi, dan kebijakan yang tepat, yang tersusun sebagai kerangka politis, administratif, kelembagaan, hukum dan keuangan yang berkesinambungan dan terintegrasi satu sama lain.

Kunci dari pendekatan untuk mewujudkan transportasi perkotaan yang berkelanjutan terletak pada kondisi pelayanan transportasi umumnya, yang diharapkan dapat melayani kebutuhan permintaan transportasi secara terpadu di kota-kota di Indonesia. Namun, dalam proses mewujudkan transportasi perkotaan yang berkelanjutan tersebut perlu diikuti dengan penelitian dan pengembangan dalam meningkatkan teknologi dan investasi dalam negeri, sehingga dapat memaksimalkan sumber daya manusia dalam negeri dan dapat meminimalkan ketergantungan pada luar negeri.

Untuk mengimplementasikan sistem tersebut maka harus ada komitmen kuat dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (provinsi/kota/kabupaten) dalam segala aspek tinjauan baik dari sarana maupun prasarana. Apabila komitmen tidak dilaksanakan dengan serius maka semua akan berujung pada kegagalan sistem, yang akan mengakibatkan pelayanan angkutan umum yang tidak maksimal dan menyebabkan dampak sosial akibat perubahan sistem tidak terselesaikan secara sempurna.

Adapun pengimplementasian sistem transportasi yang berkelanjutan itu dilaksanakan dengan membuat suatu sistem jaringan transportasi perkotaan yang terinegrasi dengan baik dan disertai dengan penyediaan fasilitas untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor (Non-Motorized Mobility). Jika implementasi sistem transportasi yang berkelanjutan ini berlangsung dengan baik, maka kota-kota di Indonesia yang awalnya tidak terintegrasi dan memiliki fungsi guna lahan yang kurang baik, akan berubah menjadi kota yang layak huni dan menyenangkan.

Pada umumnya masyarakat Indonesia senang berjalan kaki, namun di kota-kota besar di Indonesia prasarana khusus untuk pejalan kaki /pendestrian masih sangat minim keberadaanya. Demikian pula bagi masyarakat Indonesia yang menggunakan moda transportasi sepeda hampir tidak disediakan fasilitas khusus jalur sepeda, sedangkan hal tersebut adalah sarana transportasi yang murah dan menyehatkan. Begitu juga masyarakat Indonesia yang sehari-harinya menggunakan sarana angkutan umum tidak terfasilitasi dengan sarana angkutan umum yang pelayanannya tidak optimal seperti, keadaan angkutan umum yang tidak nyaman, tidak tepat waktu dan tidak dapat memenuhi kebutuhan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.

Hal tersebut mengakibatkan banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaraan pribadi yang menyebabkan terjadinya kemacetan, pencemaran udara dan sampai menggunakan prasarana khusus untuk pejalan kaki
Berikut ini merupakan poin - poin penting yang menjelaskan mengenai bagaimana paradigma kebutuhan transportasi masyarakat, sebagai berikut :
• Jika berjalan kaki di perkotaan menyenangkan, maka setiap orang akan senang untuk berjalan kaki dalam menempuh perjalanan jarak dekat
• Jika angkutan umum mempunyai akses yang mudah, nyaman, menarik, cepat bersih, aman dan murah, maka setiap orang akan cenderung menggunakannya
• Jika angkutan umum mencakup seluruh pusat kota, maka kendaraan pribadi tidak diperlukan
• Jika tidak ada kendaraan pribadi baik motor maupun mobil yang menuhi jalan, maka berjalan kaki akan menjadi hal yang menyenangkan, dan aka nada cukup ruang tersisa untuk jaringan transportasi umum multi-moda dengan kepadatan tinggi

‘‘Grand Design‘‘ menekankan pada visi yang sangat terperinci dan terarah, untuk menyamakan presepsi terhadap pembangunan perkotaan di Indonesia nantinya.
Ide-ide penelitian dan pengembangan baik yang dipikrkan bersama baik itu melalui kerjasama nasional maupun internasional dapat memberikan suatu solusi sistem angkutan umum yang ekonomis, aman, cepat dan nyaman yang dapat menjadi pilihan utama mobilitas masyarakat perkotaan dimasa depan.



“Grand Design“ ini dimaksudkan untuk dapat menjadi perhatian dan menjadi sebuah komitmen pemerintah Indonesia untuk mengatur tata ruang kota-kota di Indonesia. Secara sekilas pemerintah Indonesia akan dihadapkan pada suatu utopis. Tetapi dengan wawasan yang lebih mendalam, visi ini akan tumbuh menjadi gambaran bersama tentang kehidupan perkotaan masa depan, yang didasarkan pada mobilitas masyarakat perkotaan.

Ruang publik adalah tempat milik masyarakat umum. Pengguna moda transportasi kendaraan pribadi, baik roda 4 (empat) maupun roda 2 (dua) dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu dan mengurangi ruang publik. Dibutuhkan sejumlah terobosan yang tepat untuk mengatasi kendala budaya, politik, teknik, dan keuangan, yang dirancang untuk mengatasi permasalahan transportasi perkotaan di Indonesia.

Penyusunan Grand Design transportasi perkotaan ini diharapkan dapat terealisasi dan layak dalam kurun waktu 25 tahun mendatang, dengan syarat :
 menjadi visi dan misi bersama baik pemerintah sebagai pembuatan kebijakan dan masyarakat Indonesia
 sebagai rencana induk bagi masing-masing instansi yang terkait, yang dalam hal ini pemerintah pusat, kota/kabupaten dan masyarakat umum secara keseluruhannya.
 Bahwa visi ini akan sepenuhnya dilaksanakan dengan penuh komitmen dan tanggung jawab

Ada masa transisi dimana kebijakan-kebijakan perlu diambil dan ditegaskan demi mengoptimalkan semua perbaikan yang mungkin dilakukan terhadap situasi yang ada. Semua kegiatan tersebut akan disesuaikan dengan visi dan rencana jangka panjang sehingga proses-proses perbaikannya akan sesuai dan selaras perbaikan-perbaikan yang sangat dibutuhkan tersebut dengan mempersiapkan sistem transportasi perkotaan dimasa depan.

B. Visi
Adapun secara umum, visi pokok yang dijadikan landasan dalam grand design ini adalah sebagai berikut :


Kota-kota di Indonesia diharapkan akan mempunyai sistem transportasi perkotaan yang lebih memprioritaskan pejalan kaki, pesepeda, dan angkutan umum, yang satu sama lain saling terintegrasi di pusat kota, dengan ruang publik yang mempunyai sistem transportasi yang ramah lingkungan. Dengan adanya implementasi tersebut, maka akan menghasilkan kondisi kota yang lebih nyaman, teratur, sehat dan indah


Untuk mencapai keberhasilan visi transportasi perkotaan yang berkelanjutan, maka hal utama yang perlu diperhatikan adalah angkutan umum. Karena pada dasarnya sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai jika angkutan umum sudah dapat mengcover kebutuhan dasar dari para pelaku perjalanan, dan sudah menjadi primadona moda perjalanan masyarakat. Adapun angkutan umum yang menjadi tulang punggung di kota-kota besar tersebut, direncanakan terdiri dari jaringan Bus Rapid Transit (BRT) dan Mass Rapid Transit (MRT).

Dalam pencapaiannya, maka angkutan umum harus terintegrasi satu sama lain, sehingga pusat-pusat aktivitas dan kegiatan masyarakat seperti stasiun kereta api, terminal bis antar kota, bandar udara, pelabuhan laut dan pelabuhan penyebrangan serta fasilitas umum seperti universitas dan sekolah, balai kota, kesehatan seperti Rumah Sakit, pusat perbelanjaan dan pusat kebudayaan akan langsung terhubungkan ke dalam jaringan ini.

Selain itu angkutan umum diharapkan dapat member kenyamanan untuk pemakai jasa transportasi. Dalam meningkatkan kenyamanan pemakai jasa transportasi, perlu adanya integrasi sistem antar moda dimana sistem ini akan mempermudah pengguna transportasi dalam hal transfer antar moda. Bentuk peningkatan pelayanan ini ditawarkan dalam bentuk sistem satu tiket. Sistem satu tiket ini melayani pelaku perjalanan untuk menggunakan semua moda transportasi untuk satu kali perjalanan baik itu dengan menggunakan 1 moda atau lebih dari 1 moda

Untuk rencana lebih lanjutnya, penggunaan kendaraan pribadi khususnya mobil pribadi di Indonesia hanya ditujukan untuk perjalanan ke luar kota atau antar kota. Serta di lain pihak, untuk angkutan massal berbasis rel, seluruh stasiunnya diharapkan terletak di pinggir kota dan dilengkapi dengan fasilitas park and ride atau kiss and ride



Selain fokus ada angkutan umum, dalam mencapai sistem transportasi yang berkelanjutan, perlu juga adanya perhatian pada prasarana transportasi untuk pejalan kaki yang berada di perkotaan sebaiknya menghubungkan satu gedung dengan gedung yang lainnya baik melalui jembatan penyeberangan, zebra cross dan juga trotoar sehingga menyediakan ruang semi-publik di dalam dan di sekitar gedung-gedung tersebut, yang selanjutnya akan diintegrasikan dengan moda transportasi umum.

Perencanaan tata ruang perkotaan dan penyusunan rencana induk transportasi perkotaan harus saling menyesuaikan untuk menghasilkan sistem transportasi perkotaan yang terarah dan terintegrasi, diperlukan system jaringan transportasi dan simpul-simpul yang terhubung satu sama lain. Sehingga menghasilkan struktur perkotaan yang padat, dan dapat mencegah terjadinya pemekaran kota (urban sprawl).

Untuk mewujudkan sistem transportasi perkotaan yang terintegrasi, nyaman dan mengutamakan keselamatan, maka dapat diwujudkan melalui:

 Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan kompononen-komponen transportasi tersebut serta infrastrukturnya.
 Semaksimal mungkin mengoptimalkan sumberdaya manusia dan teknologi dari dalam negeri sekaligus meminimalkan penggunaan teknologi dan tenaga ahli dari luar negeri
 Desain stasiun dan rolling stock yang minimalis dan tahan lama
 Meningkatkan efisiensi penggunaan Sumber Daya Manusia
 Pengintegrasian simpul-simpul transportasi yang dilokasikan dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan aktivitas masyarakat.
 Mass Rapid Transit (MRT) dan Bus Rapid Transit (BRT) untuk menciptakan jaringan yang lebih padat dengan akses jarak pendek dengan biaya yang sama, sekaligus menciptakan nilai estetika yang tinggi dalam pemandangan kota (city scape)
 Melakukan penghematan energi untuk rolling-stock (kendaraan berbasis rel) yang bertenaga listrik dengan cara mengurangi kebutuhan daya selama pengoperasiannya, seperti dengan mengurangi beban AC dan mengurangi kebutuhan daya pada saat pengereman (braking energy) atau saat memulihkan daya pengereman
 Memanfaatkan interior maupun eksterior dari rolling stock untuk pemasangan iklan yang warna nya menarik serta memiliki layar LED baik di dalamnya maupun di stasiun-stasiun;
 Pendirian perusahaan operasional angkutan umum miliki swasta di setiap daerah yang memiliki jaringan angkutan umum secara terintegrasi dan harus berada di bawah naungan pemerintah kota dan pemerintah Nasional;
 Sebuah manajemen yang berorientasi pada kualitas pelayanan dan penghasilan pendapatan yang berkeadilan


Dengan dilakukannya proses-proses tersebut, diharapkan pada akhirnya kondisi perkotaan di Indonesia khususnya pada kota-kota besar dapat terwujud menjadi kota yang memiliki sistem transportasi yang teratur, nyaman dan terintegrasi, mempunyai mobilitas pedestrian yang mendominasi wilayah perkotaan, memiliki taman-taman kota sebagai ruang publik yang terlindungi, serta kondisi udara perkotaan yang bebas polusi akibat dari tidak adanya penggunaan kendaraan bermotor.



C. Pendekatan Holistik

Keseluruhan sistem jaringan pelayanan angkutan umum di pusat kota, dianggap sebagai suatu kesatuan sistem yang saling terhubung, dengan akses-akses yang nyaman bagi pejalan kaki, pesepeda, taksi dan sarana transportasi lokal serta berbagai macam moda transportasi lainnya yang saling berhubungan satu sama lain.

Integrasi jaringan angkutan umum perkotaan tersebut sangat penting, karena dengan akan terjadi keterpaduan antar moda. Sistem satu tiket untuk semua moda dan integrasi jadwal antar moda akan lebih mempermudah pengguna angkutan umum dalam melakukan perjalanan. Sistem ini akan menjadi lebih lengkap apabila semua komponen telah dikembangkan sepenuhnya dan memiliki keterkaitan satu sama lain yang didukung dengan kerangka kebijakan, organisasi kelembagaan, konsep perencanaan, jaringan pengumpan (feeder), kemudahan akses, serta pelayanan yang memuaskan sesuai dengan kebutuhan pengguna baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya mengenai sistem satu karcis, yang mana menjadi hal yang sangat penting dalam sistem transportasi berkelanjutan ini, karena waktu perjalanan dan ongkos akan terkurangi melalu skema ‘satu-tiket-melayani-semua-moda’. Tiket elektronik pra-bayar diaktifkan melalui mesin pembaca tiket yang dipasang di dalam bus-bus pengumpan (feeder buses), BRT dan MRT. Adapun jumlah nominal yang harus dibayar oleh penumpang, akan dihitung dan diambil dari nilai nominal yang tertera di tiket sesuai dengan jumlah dan moda perjalanan yang dilakukan, dimana pembayaran ini dilakukan ketika penumpang keluar dari sistem jaringan.

- Pengintegrasian Moda
Pergerakan orang di kota-kota di Indonesia pada masa yang akan datang, direncanakan sepenuhnya akan dilayani oleh jaringan angkutan umum massal baik oleh Mass Rapid Transit (MRT) maupun Buss Rapid Transit (BRT) yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.

Berdasarkan dari contoh data mengenai komponen transportasi di beberapa negara (Manfred, 2010), pembagian persentasi masing-masing moda di pusat kota diperkirakan sebagai berikut:

 Pejalan kaki 18 %
 Sepeda 4 %
 Ojek 5 %
 Becak 3 %
 Taxi 10 %
 AngKot 15 %
 Bus ukuran sedang 10 %
 BRT 15 %
 MRT 18 %
 Lain-lain 2 %



Di dalam hirarki moda-moda tersebut, ruang diantara masing-masing moda harus mendapatkan perhatian yang sangat serius.

Pengintegrasian jadwal moda transportasi umum di wilayah perkotaan yang padat menjadi sangat penting, dimana berbagai moda transportasi beroperasi dalam waktu yang bersamaan terjadwal sehingga dapat mempersingkat waktu tunggu. Begitu pula dengan sistem tiket yang terintergrasi antar moda merupakan hal sangat penting karena dapat menghemat waktu dan biaya perjalanan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk semua moda.


- Evolusi Transportasi dan Perubahan Paradigma

Untuk menciptakan kota yang aktivitas perjalanannya didominasi oleh angkutan umum dengan mobilitas yang tinggi (model kota : Singapura), diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

• Melakukan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi
• Memperlambat motorisasi
• Meningkatkan investasi untuk prasarana dan sarana angkutan umum
• Mengembangkan fasilitas NMT
• Meningkatkan kebijakan untuk mendorong TDM




Untuk menegaskan perubahan paradigma menjadi kota yang berbasis angkutan umum modern, dilakukan pendekatan paradigma khusus. Pendekatan perubahan paradigma kebijakan akibat konsep tersebut dijelaskan pada tabel C.1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar