Kamis, 28 April 2011

Transportasi Khas Lokal

- Kondisi saat ini dan permasalahannya

Keberagaman tiap kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh sumber daya alam, kondisi geografis, jumlah penduduk, dan tradisi di kota tersebut, begitu juga dengan keberagaman angkutan umum khas lokal.

Moda transportasi lokal yang khusus dapat menciptakan identitas kota, inovatif dan bisa menjadi moda transportasi tradisional yang memiliki daya tarik bagi wisatawan, seperti kereta kuda (Andong) di Yogyakarta, Surakarta dan beberapa kota di pulau Jawa lainnya dan bis air yang dikembangkan Pemerintah kota Palembang. Lain halnya dengan bentor yang keberadaannya telah dilarang oleh pemerintah kota (pemkot) Palembang melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kehadiran bentor dinilai telah menyalahi standar operasional sebagai angkutan umum yang dinilai tidak memenuhi standar keselamatan penumpang.

Salah satu transportasi khas lokal yang berada di Indonesia yang sampai saat ini masih tetap digunakan adalah transportasi sungai. Transportasi sungai ini umumya digunakan untuk melayani mobitas barang dan penumpang baik di sepanjang aliran sungai maupun penyebrangan sungai. Angkutan sungai sangat menonjol di Kalimantan, dan Sumatera, seperti di kota Banjarmasin, Pelembang, dan Samarinda.



Penataan moda transportasi lokal perlu dilakukan agar dapat terintegrasi dengan moda angkutan umum lain sehingga tercipta transportasi yang cepat, nyaman, aman, effisien dan meningkatkan kebudayaan khas lokal yang menarik bagi wisatawan.


Strategi dan Solusi
• Strategi Penghapusan Angkutan Becak Motor (Bentor) di Daerah

Pada daerah tertentu di Indonesia, banyak beroperasi kendaraan bentor, yang keberadaannya berawal dari inovasi masyarakat, dan bukan merupakan angkutan khas daerah, karena tidak memiliki nilai sejarah. Namun demikian keberadaannya kontroversial dikarenakan pengoperasian bentor melanggar UUD no.22 tahun 2009, khususnya dari segi tingkat keselamatan dan juga tidak berijin. Untuk itu beberapa daerah di Indonesia melakukan upaya untuk menghapuskan operasional bentor secara bertahap. Adapun tahapan evolusi bentor dapat dilakukan seperti tahapan evolusi pada ojek dapat dilihat pada bab 4.4 angkutan umum.

• Strategi Pengembangan Transportasi Khas Lokal
Untuk wilayah kota yang secara geografis, dilintasi oleh sungai, maka pemerintah kota dapat mengembangkan transportasi bis sungai, dengan cara meningkatkan aksesibilitas langsung dari angkutan umum dengan dermaga angkutan sungai. Sehingga selain menjadi ikon kota, angkutan khas lokal pun memiliki peran yang besar dalam tercapainya visi transportasi kota.

• Penataan Transportasi Khas Lokal
Dalam penataan transportasi khas lokal, sangat dipengaruhi oleh kebijakan masing-masing daerah (kebijakan pemerintah kota), yang dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain :
a. Aspek Sentimental dan sejarahnya
Dilihat dari aspek sejarah keberadaannya, angkutan transportasi lokal pada suatu masing-masing kota yang telah lama menjadi ikon bagi kota tersebut, terus dipertahankan meskipun pemerintah daerah harus melakukan subsidi guna melestarikan angkutan tradisional tersebut, karena memiliki nilai sejarah bagi perkembangan kota.

b. Aspek Ekonomi dan Pariwisata
Dari aspek ekonomi dan pariwisata, keberadaan transportasi khas lokal akan menambah khasanah kebudayaan dan pariwisata kota, sehingga perlu dilakukan penanganan yang serius dari pemerintah kota dalam mengambil kebijakan guna membangun prasarananya dan melakukan penataan operasional terbatas pada kawasan obyek wisata atau lingkungan tertentu saja. Dengan demikian pemerintah tidak perlu melakukan subsidi dalam operasional angkutan tradisional tersebut, karena dari segi ekonomi dan pariwisata pihak operator angkutan sudah mendapat keuntungan dari mengangkut wisatawan yang berkunjung dan menggunakan jasanya.

c. Aspek Penunjang Transportasi Perkotaan
Dari Aspek penunjang transportasi perkotaan, maka peranan angkutan khas lokal ini sangat penting, karena dapat mengintegrasikan antar moda, sehingga akan memudahkan pengguna angkutan umum untuk melakukan perpindahan ke moda angkutan umum lain. Seperti kebijakan yang diambil oleh pemerintah kota Palembang yang mengembangkan moda angkutan sungai (bis air) yang akan mengintegrasikan dengan layanan bus sistem transmusi. Dengan demikian pemerintah kota hanya membuat fasilitas pendukung, pemerintah daerah tidak perlu lagi mensubsidi untuk operasional angkutan tradisional tersebut.

Evolusi Angkutan khas lokal berdasarkan Kebijakan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut :




Tahapan dari gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Tahap1. Angkutan khas lokal kondisi saat ini, memiliki kapasitas angkut penumpang dan kecepatan yang rendah, lalu lintas tercampur, sehingga menambah kemacetan didaerah perkotaan, kepemilikannya yang masih individu, dan dapat menaikkan menurunkan penumpang, dimana saja dan kapan saja

Tahap 2. Angkutan angkutan tradisional yang ada diperkotaan, dilakukan penataan, yang hanya dioperasikan pada lingkungan tertentu saja, seperti tempat pariwisata, dan perumahan tertentu, sehingga lalulintasnya tidak bercampur dengan angkutan umum lainnya, sudah terorganisir dan memiliki jalur atau rutenya sudah jelas. Rute-rute obyek rekreasi dan pariwisata, dan rute dilingkungan perumahan tertentu

Tahap 3. Angkutan tradisional juga dapat ditata dan dikelola menjadi feeder bagi angkutan umum yang lebih cepat, effisien dan memiliki daya angkut yang besar. Yang sudah terorganisir dan memiliki rute yang jelas seperti angkutan bis air di palembang.


- Rencana Aksi Penataan Transportasi Khas Lokal
Untuk mengimplementasikan dari tiap tahapan evolusi, membutuhkan rencana aksi
guna mengetahui tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan beserta target yang
ingin diharapkan dari setiap penta.hapan yang dilakukan. Hal ini dapat terlihat pada
tabel D.7 di bawah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar