Senin, 31 Januari 2011

6.2 Pengendalian Dampak Lalu Lintas

Pengembangan baru di Indonesia telah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi muncul tanda-tanda peningkatan perekonomian yang kuat di perkotaan, di sisi lain hal ini berperan terhadap penurunan kondisi transportasi secara signifikan.

Sebagai contoh, pengembangan gedung-gedung bertingkat yang memiliki fungsi yang sama di CBD, banyaknya permukiman warga yang berada di pinggiran kota, dan lebih dari 50 mall, yang dibangun dalam beberapa dekade terakhir di Jakarta telah berperan terhadap terjadinya jam puncak kemacetan di Jakarta. Selain itu juga jarang terjadi bangunan-bangunan ini mengurangi dampak transportasinya secara aktif, misalnya menyediakan fasilitas pejalan kaki, sepeda, ataupun akses langsung ke sarana transportasi umum.

Untuk mengatasi hal ini, kota-kota di Indonesia telah memperkenalkan Analisa Dampak Lalu Lintas / ANDAL-LALIN (Traffic Impact Assessment / TIA).

Dikarenakan keterbatasannya, proses ANDAL-LALIN yang telah berjalan tidak dapat memecahkan permasalahan yang ada secara efektif ataupun mencegah dampak transportasi lain yang timbul karena perkembangan baru. Pendekatan yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih objektif dibutuhkan untuk secara efisien mengelola dampak transportasi. Lebih jauh lagi, metode yang lebih komperehensif dibutuhkan untuk meningkatkan pengembangan yang lebih efisien dari segi ekonomi, mungkin secara keuangan untuk pengembang dan investor, namun juga secara makro ekonomi dapat berkelanjutan untuk pemeliharaan bahkan untuk pertumbuhan perkotaan secara berkelanjutan.

Persyaratan ini mengharuskan pengenalan pentingnya mekanisme Transport Impact Control / TIC di kota-kota administrasi, bukan hanya pada saat pengeluaran izin ataupun izin pengembangan baru, tetapi juga setelah periode pengembangan tersebut diterapkan dan saat operasional.

Tujuan memperkenalkan TIC adalah agar pemerintah daerah dapat mengendalikan dampak transportasi yang terjadi. Hal ini berarti:
• memantau kondisi lalu lintas eksisting (volume dan tingkat pelayanan)
• mengendalikan volume lalu lintas dan distribusinya dari proyek pengembangan yang telah disetujui
• memperkirakan dampak transportasi dari pengembangan baru
• mengkuantifikasi tingkat polusi udara dan suara (tahapan selanjutnya dari TIC)
• mengidentifikasi langkah-langkah yang akan mengurangi dampak yang dihasilkan
• menyediakan dasar hukum yang dibutuhkan dan standar prosedur pengoperasian untuk proses TIC
• memantau langkah-langkah mitigasi yang telah disetujui
• mengkomunikasikan dampak yang mungkin terjadi kepada warga kota

Dengan menggunakan TIC, kota-kota di Indonesia akan memiliki kapabilitas untuk melakukan pemeliharaan yang lebih baik terhadap kualitas kehidupan kota dan melindungi dari dampak transportasi akibat pengembangan baru.

Dikarenakan pengendalian pengembangan baru didasarkan pada dampak transportasi yang ditimbulkan, TIC dapat dijadikan alat yang efektif untuk mengintegrasikan dan mendorong perencanaan tata guna lahan dan pengembangan transportasi di tingkat lokal.

Metodologi Pendekatan
Pengembangan yang efisien secara ekonomi hanya dapat diwujudkan jika biaya eksternal maupun biaya sosial dipertimbangkan dalam perhitungan bisnis dan investasinya.
Pendekatan utama berdasarkan pada prinsip bahwa setiap pengembangan baru mengakibatkan biaya transportasi total yang berhubungan dengan pengembangan ditutupi dengan pembagian saham terhadap dampak itu sendiri. Prinsip ini sama denga prinsip “polluter pays” pada manajemen polusi lingkungan.

Dikarenakan pendekatan alami yang komperehensif, dampak transportasi dipertimbangkan tidak hanya terbatas pada dampak lalu lintas pada infrastruktur eksisting, tapi juga harus termasuk dampak keselamatan, lingkungan (polusi udara, polusi suara, dan perubahan iklim), serta distribusi kendaraan beserta konsekuensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar